Ada yang baru nih... !Klik Disini

Gabung Grup WHATSAPP Bahasa JepangGabung

Perantau Sakti - Menelisik Nomaden Kontemporer Di Kota Solo, #Travelling Singkat

Nomaden kontemporer a.k.a travelling singkat penuh cerita syarat makna

Maps Surakarta

「Assalamualaikum」- Halo jo, saya pernah membuat sebuah tulisan tentang Nomaden Kontemporer Sebagai Pembaharuan Rasa Dan Cerita Konsepsi Lita'arafu yang pada intinya menjabarkan tentang makna Nomaden Kontemporer yang saya terapkan dalam diri.

Maksud Nomaden Kontemporer dengan tujuan untuk mendengarkan lebih jauh cerita dan pengalaman seseorang, karena katanya ilmu yang paling berharga adalah pengalaman. Saya tak punya cukup waktu untuk mencoba berbagai macam hal hanya untuk mengambil pengalaman, oleh karenanya saya harus mendengarkan cerita orang lain untuk saya pelajari dan jadikan instrospeksi diri.

Mendengarkan dan berbagi cerita dengan orang lain bukan dengan niat untuk dikenali, dalam travelling singkat hari ini saya mendapat 2 guru baru yang saya tak kenali nama beliau berdua dan saya pun tak memperkenalkan nama kepada keduanya.

Bapak Tua Di Masjid Jami' Al Muslimin Daryopudan

Pertama saya bertemu seseoranh tanpa sengaja di salah satu masjid di daerah Darpoyudan Surakarta, Masjid Jami' Al Muslimin namanya. Saya tidak merencanakan untuk bertemu beliau karena sebelumnya tujuan saya adalah Pasar Triwindhu, namun karena sudah masuk waktu Dzuhur saya memutuskan untuk mencari masjid terlebih dahulu, bertanya kepada pekerja sosial yang menjaga kendaraan bermotor (maaf saya tidak menggunakan istilah tukang parkir untuk pekerjaan ini). Saya pun ditunjukkan arah menuju Masjid Balai Muhammadiyah yang berada di timur pasar Triwindhu sekitar 100 meter.

Qadarullah memang sepertinya saya tidak ditakdirkan sholat disana, saya kebingungan mencari pintu masuk masjid. 'Malu bertanya sesat dijalan' pun saya rasakan, terus berjalan ke arah selatan menuju jalan Slamet Riyadi dan barulah nampak tulisan Masjid Balai Muhammadiyah tapi itu bukan pintu masuk dan terus berjalan ke arah barat sampai di persimpangan. 

Saya berusaha mencari masjid terdekat dan ketemulah Masjid Jami' di sebelah selatan jalan Slamet Riyadi sekitar 200 meter.

Singkat cerita setelah Sholat saya memutuskan untuk duduk sebentar di Masjid sebelum ke Alun-Alun Kidul Keraton Surakarta, sama seperti jamaah lainnya yang lesehan di emperan masjid. 

Saya diajak bicara oleh bapak-bapak berumur sekitar 60 an tahun, beliau menanyakan tentang paket internetnya yang tidak bisa digunakan untuk menonton video youtube. Dia berdalih bahwa paketannya masih tersedia 9.99 GB, saya menawarkan bantuan untuk mengecek setelan HP nya, sembari mengecek setelan yang ternyata normal dan tidak ada kesalahan dalam setelan Penggunaan Data beliau menceritakan bahwa HP miliknya sering digunakan oleh keponakannya. Saya menyodorkan kembali HP  miliknya karena tidak ada yang salah, beliau malah bingung dan mencoba lagi untuk membuka setelan.

By the way, beliau berbicara dalam bahasa jawa yang saya sendiri belum terlalu paham, sehingga apa yang beliau katakan hanya sebagian dipahami dan selebihnya saya hanya menjawab 'Nggeh' atau sesekali tertawa.

Saya awalnya berpikir bahwa bapak tua ini adalah partner kerja Gojek atau Grab yang sedang menunggu orderan sambil istirahat di Masjid, ternyata beliau warga setempat yang memang sengaja beristirahat di Masjid setelah Sholat Dzuhur sampai waktu Sholat Ashar. Beliau menceritakan bahwa masjid ini sering dijadikan tempat istirahat malam oleh pendatang atau pekerja serabutan yang menghemat pengeluaran tempat tinggal, bapak tua yang menggunakan alat bantu dengar tersebut terus menyebutkan beberapa tempat dalam ceritanya yang saya pun kurang paham.

Sepertinya beliau tahu betul beberapa daerah dengan karakteristik masyarakatnya, ada tempat 'sing ora genah' (tempat yang tidak benar) ada juga tempat 'sing apik' (tempat yang bagus). Saya pikir itu lumrah dan hampir semua daerah memiliki tempat yang demikian.

Bahasa jawa yang sedikit terbata-bata membuat beliau bertanya saya tinggalnya dimana, saya pun menjawab bahwa asli sulawesi dan untuk beberapa bulan terakhir tinggal di Jogja.

Pelajaran berharga hari ini adalah berusaha mendengar lebih jauh agar paham siapa orangnya, bagaimana kelanjutannya silahkan tunggu hingga akhir. Kenal ataupun tidak tetap harus berusaha untuk sekedar menyapa, bisa jadi kamu butuh pertolongan orang itu suatu hari nanti.

Ibu Penjual Angkringan Di Alkid Solo

Foto Alkid Solo

Sekitar pukul 15.25 saya lanjut ke Alun Alun Kidul Keraton Surakarta (Alkid Solo) dengan naik transportasi online, masih skitar pukul 3 sore jadi matahari masih cukup terik.

Sesampainya di Alkid Solo saya ditanya mau turun sebelah mana, saya menjawab 'Sing rodo iyup mawon pak' (tempat yang sedikit teduh saja pak..), karena mau sekalian makan saya berhenti dekat angkringan di sisi kiri jalan sebelah timur Alkid.

Saya tidak terlalu memperhatikan nama angkringannya, hanya sekedar makan dan sesekali mengambil gambar untuk keperluan dokumentasi blog. Awal pembicaraan ketika saya bertanya stasiun terdekat dari alkid, stasiun purwosari atau balapan. Beliau lantas bertanya saya asalnya darimana, saya hanya menjawab asal sulawesi tapi nanti mau pulang ke Jogja.

Nah kata Sulawesi menjadi bahasan sederhana kita sore itu, beliau menceritakan tentang anaknya yang pernah bekerja dan hampir menikah dengan orang sulawesi. Panjang cerita tentang itu dan harus saya persingkat, lalu membahas tentang budaya pernikahan seperti mahar dan lainnya.

Beliau malah menyuruh saya untuk mencari jodoh di Solo saja, karena orang solo tidak begitu ribet dalam hal melaksanakan pernikahan. Mahar pun tidak diberatkan seperti beberapa daerah lainnya di Indonesia, mendengar hal ini saya sepertinya bisa mempertimbangan anjuran beliau. Hahaa

Ada juga selipan cerita tentang tahun 1998, tak banyak tahu apa yang terjadi di tahun 1998. Krisis moneter tahun 1998 membuat keluarga kecilnya waktu itu sangat kesusahan, harga-harga sembilan bahan pokok (sembako) yang melonjak, fasilitas banyak yang tutup. Penjarahan dimana-mana. Saya pun rasanya terbawa bagaimana suasana waktu itu lewat ceritanya.

Apa yang saya pelajari dari cerita beliau?
  • Tentang jodoh, kita tak akan tahu siapa jodoh kita. Yang dekat dan pasti pun belum tentu akan berjodoh, mengikuti alur yang direncanakan Tuhan akan membuat kita lebih tenang tanpa tergesa-gesa.
  • Persoalan pernikahan bukan ajang unjuk gengsi, tapi niat karena ingin beribadah. Mahar yang tinggi bukan tanda kehormatan seorang wanita, karena makin ringan mahar seorang wanita itu lebih baik baginya.
  • Keputusan harus bulat dan tegar menjalaninya, cari yang terbaik diantara yang baik.

Nah jo, itu adalah sedikit pelajaran yang saya dapat dari travelling singkat saya di Solo

Semoga ada manfaatnya untuk kamu yang membaca, tinggalkan komentar sebagai bahan diskusi

Terima kasih,
Wassalamualaikum.

Baca ini :
[Saya penulis pemula dari Sulawesi-Indonesia yang bermimpi dapat menebar manfaat lewat tulisan]- [Tetap sehat dan jangan gila]•• [Berbagilah untuk hidup, hiduplah untuk berbagi]••